Disusun oleh:
Amalia Hayati
Ary Sakti Barus
Dahlia
Eka Fernanda
Endang Suryana
Erliana
Evi Jurita
Fadillah Tusakdiah
Fitriani
Laila Manja
Nindy Mutiara
Nonsi Ratna Sari
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah seru sekalian alam telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk tetap berada dalam keiman dan keislaman. Selawat dan salam semoga tetap kita sanjungsajikan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT memberi kami kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini berisikan tentang Telaah Prosa.
Kami sebagai penyusun menyadari mungkin banyak kesalahan serta kekurangan yang ada dalam makalah ini. Maka dari itu kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca dan dosen pembimbing untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam memenuhi mutu pendidikan nasional dan apresiasi terhadap seni karya sastra di Indonesia maka diperlukan kesadaran mencintai, mengenal dan menggali kekayaan sastra nusantara.
Maksud dan Tujuan
Untuk memenuhi tugas kelompok dari dosen pembimbing Bapak Zakaria Alba Bransah, M.Pd, serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Telaah Prosa bagi kelompok penulis juga pembaca.
BAB II
PROSA
A. Pengertian Prosa
Kata prosa berasal dari bahasa Latin prosa yang artinya terus terang. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi. Secara sempit prosa adalah karya imajiner dan estetik. Dalam kesusastraan juga disebut fiksi, teks naratif, wacana naratif. Sedangkan secara luas prosa menyangkut semua karya tulis yang ditulis bukan dalam bentuk puisi atau drama, tiap baris dimulai dari margin kiri penuh sampai ke margin kanan.
Menurut Abrams, prosa paling sering diartikan sebagai penggunaan bahasa sehari-hari yang dibedakan dari pola-pola pengulangan satuan bahasa bermetrum pada baris puisi. Prosa dalam pengertian ini dipertentangkan dengan puisi Eropa lama yang memiliki metrum sebagai salah satu aturan terikat dari puisi. Prosa hanya berlaku untuk sastra karena istilah ini adalah istilah sastra. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.
B. Jenis-jenis Prosa
1. Prosa Lama
Prosa lama adalah karya sastra yang belum terpengaruh oleh budaya Barat.
Bentuk-bentuk prosa lama:
a. Hikayat
Berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
b. Sejarah (tambo)
Adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
c. Kisah
Adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
d. Dongeng
Adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:
1) Fabel
Adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi.
2) Mite (Mitos)
Adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang termasuk jenis mitos, adalah Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian.
3) Legenda
Adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu.
4) Sage
Adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage, adalah Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji.
5) Parabel
Adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Mahabarata, Bhagawagita.
6) Dongeng Jenaka
Adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas.
e. Cerita Berbingkai
Adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.
2. Prosa Baru
Prosa baru adalah adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat.
Bentuk-bentuk prosa baru:
a. Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
1) Roman Transendensi
Di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
2) Roman Sosial
Adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis Sutan Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
3) Roman Sejarah
Adalah roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur Sutan Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
4) Roman Psikologis
Adalah roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur Sutan Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
5) Roman Detektif
Adalah roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b. Novel
Novel berasal dari Italia, yaitu novella yang berarti berita. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik dan yang mengandung konflik. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
c. Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
d. Riwayat
Riwayat (biografi) adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
e. Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
f. Resensi
Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
g. Esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
C. Unsur-unsur prosa
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat dalam prosa. Unsur Intrinsik Prosa meliputi:
a. Tema
Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama di dalam sebuah karya sastra. Contoh tema: “Cinta Pertama”, “Rumah Pohon”, “Lukisan Sang Dewi”
b. Penokohan
Penokohan adalah pemberian watak terhadap pelaku-pelaku cerita dalam sebuah karya sastra.
Tokoh cerita terdiri atas:
1) Tokoh Protagonis
Adalah tokoh dalam karya sastra yang memegang peranan baik.
2) Tokoh Antagonis
Adalah tokoh dalam karya sastra yang merupakan penantang dari tokoh utama, biasanya memegang peranan jahat.
3) Tokoh Tambahan
Adalah tokoh yang tidak memegang peranan dan tidak mengucapkan sepatah katapun, bahkan dianggap tidak penting sebagai individu.
c. Latar atau Setting
Latar atau setting adalah bagian dari sebuah prosa yang isinya melukiskan tempat cerita terjadi dan menjelaskan kapan cerita itu berlaku.
Macam-macam Setting:
1) Tempat
Di rumah, di sekolah, di jalan.
2) Waktu
Pagi hari, siang hari, sore hari.
3) Suasana
Sedih, senang, tegang.
d. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa atau jalinan cerita dari awal sampai kimaks serta penyelesaian.
Macam-macam alur:
1) Alur mundur
Rangkaian peristiwa dari masa kini ke masa lalu.
2) Alur maju
Rangkaian peristiwa dari masa lalu ke masa kini.
3) Alur gabungan
Gabungan dari alur maju dan alur mundur secara bersama-sama.
Dan secara umum alur terbagi ke dalam bagian-bagian berikut:
1) Pengenalan situasi
Memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan hubungan antar tokoh.
2) Pengungkapan peristiwa
Mengungkap peristiwa yang menimbulakan berbagai masalah.
3) Menuju adanya konflik
Terjadi peningkatan perhatian ataupun keterlibatan situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
4) Puncak konflik
Dapat disebut juga klimaks, dan pada bagian ini dapat ditentukan perubahan nasib beberapa tokoh.
5) Penyelesaian
Sebagai akhir cerita dan berisi penjelasan tentang nasib para tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak.
e. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang terhadap pembaca melalui karyanya, yang akan disimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan cerita.
f. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis cerita yang berfungsi untuk menciptakan hubungan antara sesama tokoh dan dapat menimbulkan suasana yang tepat guna, adegan seram, cinta ataupun peperangan maupun harapan.
g. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah pandangan pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita.
Macam-macam sudut pandang:
1) Orang pertama
Pengarang menjadi pelaku utama dan memakai istilah “Aku” dan “Saya”.
2) Orang ketiga
Pengarang yang menceritakan ceritanya atau berperan sebagai pengamat dan menggunakan istilah “Dia”, ”Ia”, atau nama orang.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur yang terdapat di luar karya sastra. Unsur ekstrinsik prosa meliputi:
a. Latar Belakang Sosiologis Sastrawan
1) Asal sosial
Lingkungan tempat sastrawan tinggal atau dibesarkan.
2) Kelas sosial
Kedudukan sastrawan di dalam masyarakat.
3) Jenis kelamin
Sastrawan maupun sastrawati.
4) Umur
Masa remaja, dewasa dan menjelang tua.
5) Pendidikan
Pendidikan formal maupun informal.
6) Pekerjaan
Profesi lain dari seorang sastrawan.
b. Latar Belakang Psikologis Sastrawan
1) Pengetahuan
Persepsi, apersepsi, pengamatan, konsep dan fantasi.
2) Perasaan
Kesadaran untuk menilai keadaan positif atau negatif.
3) Dorongan naluri
Ketuhanan, mempertahankan hidup, seks, mencari makan, berinteraksi, meniru, berbakti dan keindahan.
c. Latar Belakang Kebahasaan dan Kesastraan Sastrawan
1) Bahasa natural
Bahasa yang digunakan di dalam karya sastra adalah bahasa yang juga dikenal oleh masyarakat.
2) Bahasa individualisme
Bahasa yang hanya dimiliki oleh sastrawan untuk menggali lebih dalam makna, menambah makna atau pun mengasingkan dari makna yang dipakai oleh masyarakat.
D. Sastrawan Indonesia dan Karya Sastranya
1. Angkatan Balai Pustaka
a) Merari Siregar
Azab dan Sengsara: Kisah Kehidoepan Seorang Gadis (1921)
b) Marah Rusli
Siti Nurbaya, La Hami, Anak Dan Kemenakan
c) Nur Sutan Iskandar
Hulubalang Raja (1961), Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
d) Abdul Muis
Pertemuan Djodoh (1964), Surapati (1950)
e) Tulis Sutan Sati
Sengsara Membawa Nikmat (1928), Memutuskan Pertalian (1978)
f) Suman HS.
Kasih Ta’ Terlarai (1961), Pertjobaan Setia (1940)
g) Adinegoro
Darah Muda, Asmara Jaya
h) Sutan Takdir Alisjahbana
Dian Jang Tak Kundjung Padam (1948), Anak Perawan Di Sarang Penjamun (1963)
i) Hamka
Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1957)
j) Anak Agung Pandji Tisna
Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1975), Sukreni Gadis Bali (1965)
k) Said Daeng Muntu
Karena Kerendahan Boedi (1941)
l) Marius Ramis Dayoh
Pahlawan Minahasa (1957), Putra Budiman (1951)
2. Pujangga Baru
a) Armijn Pane
Belenggu (1954), Jiwa Berjiwa
b) Tengku Amir Hamzah
Nyanyi Sunyi (1954), Buah Rindu (1950)
c) Sanusi Pane
Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1971)
d) Muhammad Yamin
Indonesia, Toempah Darahkoe! (1928)
e) Roestam Effendi
Bebasari (1953), Pertjikan Permenungan (1953)
f) Selasih
Kalau Ta’ Oentoeng (1933), Pengaruh Keadaan (1957)
g) J. E. Tatengkeng
Rindoe Demdam (1934)
3. Angkatan ‘45
a) Chairil Anwar
Kerikil Tajam (1949), Deru Tjampur Debu (1949)
b) Asrul Sani
Tiga Menguak Takdir (1950)
c) Idrus
Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948), Aki (1949)
d) Pramoedya Ananta Toer
Bukan Pasar Malam (1951), Perburuan (1950)
e) Mochtar Lubis
Tidak Ada Esok (1982), Harimau-Harimau! (1977)
f) Achdiat K. Mihardja
Atheis (1958)
g) Trisno Sumardjo
Kata Hati dan Perbuatan (1952)
h) M. Balfas
Lingkaran-lingkaran Retak, kumpulan cerpen (1978)
i) Utuy Tatang Sontani
Suling (1948), Tambera (1952)
4. Angkatan 50-an
a) Ajip Rosidi
Di Tengah Keluarga (1956), Pertemuan Kembali (1960)
b) Ali Akbar Navis
Bianglala, kumpulan cerpen (1963), Hudjan Panas (1963)
c) Bokor Hutasuhut
Datang Malam (1963)
d) Enday Rasidin
Surat Cinta
e) Nh. Dini
Dua Dunia (1950), Hati jang Damai (1960)
f) Nugroho Notosusanto
Hujan Kepagian (1958), Rasa Sajange (1961)
g) Ramadhan K.H
Api dan Si Rangka, Priangan si Djelita (1956)
h) Sitor Situmorang
Dalam Sadjak (1850), Djalan Mutiara (1954)
i) Subagio Sastrowardojo
Simphoni (1957)
j) Titis Basino
Pelabuhan Hati (1978), Lesbian (1976)
k) Trisnojuwono
Angin Laut (1958), Di Medan Perang (1962)
l) W.S. Rendra
Balada Orang-orang Tertjinta (1957), Empat Kumpulan Sajak (1961)
5. Angkatan 66-70-an
a) Sutardji Calzoum Bachri
O, Amuk, Kapak
b) Abdul Hadi WM
Laut Belum Pasang, kumpulan puisi
c) Sapardi Djoko Damono
Dukamu Abadi, kumpulan puisi
d) Goenawan Mohamad
Misalkan Kita di Sarajevo
e) Umar Kayam
Seribu Kunang-kunang di Manhattan
f) Danarto
Godlob, Berhala
g) Putu Wijaya
Telegram, Stasiun
h) Iwan Simatupang
Ziarah, Kering
i) Arifin C.Noer
Tengul, naskah drama
j) Djamil Suherman
Sarip Tambak
E. Kajian Prosa
1. Kajian Historis-Biografis
Telaah ini berangkat dari anggapan bahwa karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan dan zaman yang dialami pengarang. Atas dasar itu, kajian ini lebih diarahkan pada adanya kesesuaian atau tidak—atau seberapa banyak kejadian atau peristiwa-peristiwa tertentu ada atau mempengaruhi suatu karya sastra.
2. Kajian Moral-Filosofis
Kajian ini berpangkal dari dasar pikiran bahwa karya sastra itu merupakan media menyampaikan nilai-nilai, ajaran-ajaran religi maupun falsafah. Dengan demikian, arah telaah ini lebih ditujukan kepada upaya menemukan nilai-nilai moral atau pendidikan yang terdapat di dalam suatu karya sastra.
3. Kajian Formalitas
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa karya sastra itu terdiri dari bentuk dan isi. Yang dimaksud dengan bentuk ialah semua unsur yang dimanfaatkan untuk menyampaikan isi. Sementara itu yang dimaksud dengan isi ialah segala hal yang terdapat di dalam bentuk.
Bertolak dari pikiran itu, sasaraan telaah lebih ditujukan kepada bagaimana bentuk karya sastra yang ditelaah tersebut dan apa yang hendak disampaikan oleh karya sastra bersangkutan.
4. Kajian Strukturalisme
Telaah ini berangkat dari dasar pendapat bahwa karya sastra itu merupakan sebuah sistem. Setiap unsur pembangun karya sastra itu berkait dengan unsur lain. Masing-masing unsur hanya bermakna dalam keterkaitannya dengan unsur lain.
Dengan dasar itu, arah telaah ini ditujukan untuk melihat bagaimana keterkaitan atau jalinan antarunsur pembangun karya sastra yang ditelaah tersebut.
5. Kajian Semiotis
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa sastra itu merupakan salah satu sistem tanda yang bermakna yang menggunakan medium bahasa. Sementara itu bahasa sendiri sebenarnya juga mempunyai sistem tanda yang bermakna.
Oleh karena itu, maka sastra dikatakan sebagai sistem tanda sekunder sedangkan bahasa sebagai sistem tanda primer. Dalam memahami sastra dengan pendekatan semiotik, hal yang harus diperhatikan adalah bahwa arti yang dapat diungkapkan dari sastra bukan semata-mata datang dari konvensi sastra, tetapi untuk memahami sastra pembaca harus memahami kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya.
6. Kajian Sosiologis
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa ada keterkaitan antara sastra dan masyarakat. Atas dasar itu, kajian sosiologis biasanya lebih diarahkan kepada (misal) sejauh mana sastra mencerminkan kehidupan masyarakat pada saat karya sastra itu muncul, apa fungsi karya sastra itu bagi masyarakat, dan bagaimana dampak karya sastra itu bagi masyarakat pembacanya.
7. Kajian Resepsi Estetika
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa yang menentukan makna karya sastra itu adalah pembaca. Respon pembaca sangat ditentukan oleh pengetahuannya mengenai sastra, latar belakang pendidikannya, budayanya, keyakinannya, dan sebagainya. Dengan demikian, maka hasil kajian seseorang terhadap suatu karya sastra dapat berubah-ubah. Jadi, berdasarkan pendekatan ini sebuah teks tidak memiliki arti objektif.
8. Kajian Psikologis
Telaah ini memiliki 4 kemungkinan:
a) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi
b) studi proses kreatif
c) studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra
d) studi dampak karya sastra pada pembaca (psikologi pembaca)
F. Contoh Prosa
Legenda Batu Menangis
Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan, hiduplah seorang janda miskin dan anak perempuannnya. Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, dia memiliki perangai yang buruk. Gadis itu amat malas, tidak pernah membantu ibunya bekerja. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Suatu hari, anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh sehingga mereka harus menempuh perjalanan yang jauh. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar dikagumi kecantiknnya. Sementara, ibunya berjalan di belakangnya sambil membawa keranjang dengan memakai pakaian yang dekil. Karena mereka hidup ditempat yang terpencil, maka tak seorang pun tahu bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Orang – orang terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama pemuda desa. Namun, saat melihat orang yang berjalan di belakang anak itu, sungguh kontras keadaannya. Hal ini membuat orang bertanya-tanya.
Diantara orang yag melihat itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu.
”Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?”
Namun apa jawaban gadis itu?
“Bukan,“ katanya angkuh. ”Ia adalah pembantuku.”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekat lagi seorang pemuda dan bertanya kepada gadis itu.
”Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. ”Ia adalah budakku.”
Begitulah setiap ada seseorang yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya begitu. Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka itu, si ibu masih bisa menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawaban yang sama, akhirnya si ibu yang malang itu tidak dapat menahan diri. Si ibu berdoa:
”Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba tega memperlakukan hamba seperti ini. Ya Tuhan, hukumlah anak hamba! Hukumlah ....”
Atas kuasa Tuhan, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis dan memohon ampun kepada ibunya.
”Oh, Ibu. Ibu Ampuni saya, ampunilah kedurhakaan anakamu selama ini. Ibu... Ibu... Ampuni anakmu.”
Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi semua telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menagis.
(Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara: Pustaka Agung Harapan)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Prosa merupakan karya sastra dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh rima, jumlah baris, dan sebagainya. Prosa meliputi hikayat, sejarah, kisah, dongeng, cerita berbingkai, roman, novel, cerpen, riwayat (biografi), kritik, resensi, esai. Prosa memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik..
Saran dan Kritik
Demikian makalah ini kami buat dengan harapan mempunyai nilai guna bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Kami sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini untuk itu kami mohon saran dan kritik yang membangun. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, Wahyudi. 2008.
Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo.
Agni, Binar. 2010.
Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta: Hi-Fest Publishing.
S, Yudiono K. 2007.
Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.